Cerpen Akhir Setelah Final
Udara yang sejuk, aroma keringat yang menyengat, dan teriakan penonton yang bising. Ini adalah tendangan penaltiku, semua nya percaya padaku, aku akan menendang seperti biasa, dan membuktikan sekali lagi bahwa tendanganklu tidak akan pernah meleset walau di pertandingan nasional antar SMA ini. Peluit wasitpun di bunyika, dan akupun berlari dan menendang bola sekuat tenaga. Dan gol, bolanya masuk ke gawang lawan, dan timku pun menang 1-0 dari tim lawan. Yah, dengan ini, kami lolos ke babak final. Berkat diriku dengan timku. Oh tidak, semuanya berkat diriku seoarang.
Teriakan penonton semakin meriah menyambut kemenangan ku. Aku dan timku kembali ke asrama setela pertandingan selesai. “kerja bagus sa” kata Salman, teman setim dan sekamark.u
“terima kasih, itu hal biasa” jawabku sambil tertawa kecil.
Tiba-tiba saja pelatih sekaligus pembimbing tim futsal sekolah ku, Pak Ridwan masuk ke ke kamarku.
“Kemenangan besar yah sa” kata Pak Ridwan.
“Setelah aku sekolah disini, ini memang sudah biasa terjadi kan pak” jawabku menyombongkan diri.
“hmm, yasudah. Sesuai janji ku, inibonus bagi orang yang mecetak gol” pak Ridwan member amplop berisi uang tersebut padaku
“terimakasih pak” jawabku.
“sekarang sudah malam, cepat tidur, besok mulai latihan lagi” kata pak ridwan.
“ayolah pak, saya sudah menjadi Hero di pertandingan ini, jadi saya bisa libur sekali-kali” jawabku dengan nada melambat.
“Meski begitu, tetap saja kau harus tetap latihan!” Pak Ridwan bicara dengan nada sedikit tinggi, sambil berjalan meninggalkan kamarku.
“Dasar, kemampuanku di atas yang lain, aku juga tiap hari selalu latihan” jawabku dengan nada pelan dan perasaan kesal.
Salman yang mendengar ucapanku, hanya diam dan berekspresi kesal sambuil berjalan menuju tempat tidur.
Yah, ini memang sudah malam. Kuikir, ada baiknya untuk beristirahat, karna 3 hari lagi adalah turnamen final.
Matahari mulai terbit, ayam jantan mulai berkokok, dan sepertri biasa, kami pun melakukan lari pagi. Latihan selalu di lakukan saat sore hari, itupun cuma latihan ringan.
Saat sore, aku pergi ke tempat latiha, Semua rekan timku menatapku dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Kamipun tidak kompak seperti biasa, bahkan sangat jarang ada pemain yang mengoper bola padaku. “Bukan ini yang kuinginkan!” aku berteriak dalam hati.
Aku hanya ingin bermain futsal seperti biasanya, hanya futsal lah satu-satunya yang kupunya. Aku tidak punya keahlian lain selain futsal. Tapi, meski tanpa berkata apapun, seluruh tim seolah-olah tidak mengharap kehadiranku.
3hari berlalu dengan penuh kegelisahaan. Saat semua pemain memasuki lapangan. Ada 1 org pemainlawan yang sering menatapku. Di punggungnya tertulis nama “Zidan”. Oh aku ingat, ia adalah pemain andalan tim lawan. Mungkin, dia sama sepertiku.
Peluit pun di bunyikan, dan pertandingan pun dimulai, dan hujan pun mulai deras. Meski kami main di lapangan indoor, tapi rasa dingin tetap menusuk tubuh. Tidak terjadi hal menarik pada babak pertama. Hasil imbang 0-0. Saat, peluit tanda babak kedua dibunyikan, Gaya pertandingan kami dan tim lawan pun berbuah. Pertandingan mulai keras, banyak pelanggaran terjadi. Teriakan penonton semakin menjadi. Namun, saat aku sedang menggiring bola ke gawang l;awan, Zidan melakukan pelanggaran dengan mendorongku di kotak penalty. Rasanya kaki sakit, tapi mengingat ini adalah tendangan penalty penentu dibabak final. Ini adalah satu-satunya kesempatan bagi sekkolah kami untuk bisa menjuarai kejuaraan nasional. Ada beberapa perdebatan terjasdi. Namun, meski wajah mereka tampak tak puas, mereka menyerahkan tendangan oenalti tersebut padaku.
“Kalahkan mereka sa” Kata salman sambil memegang pundak ku.
Hujan di luar semakin deras. Seketika suasana stadion yang ramai berbuah menjadi hening dan sangat penuh akan kecemasaan. “Mereka semua percaya padaku, aku tidak akan mengecewakaan mereka!” itulah yang kupikirkan. Tapi saat memandang wajah cemas mereka, rasa percaya diriku sedikit menurun.
Meski tubuhku penuh keringat, tapi rasanya begitu dingin. Peluit wasit pun di tiup. Dan akupun mulai berlaridan menendang bola. Dan, bolanya malah melenceng ke atas gawang. Aku menghancurkan impian sekolahku di turnamen ini. Semua tampak kecewa. Saat itu terjadi, aku hanya berdiam di tempat dengan tatapan kosong, dan benar-benar tidak percaya jkenyataan. Semua pandanganku seolah-olah berwarna hitam-putih. Aku mendengar ada orang yang berteriak sangat kencan. Dan tenggorokankupun mulai terasa sakit. Akhirnya aku sadar, bahwa akulah yang berteriak itu. Setelah itu, permainanku semakin kacau, bahkan aku melakukan pelanggaran dan mendapat kartu merah sehingga harus meninggalkan lapangan. Tak lama setelah aku keluar lapangan, tim lawan berhasil mencetak gol ke gawang kami. Dan itu semua salahku.
Pertandingan belumm usai, tapi aku memilih untuk kembali ke asrama. Aku duduk di pojokan, dan mengis disana. Selama ini aku selalu berhasil, tapi kenapa kali ini aku gagal?
Aku benar-benar bingung apa yang harus kulakukan, aku bahkan tidak berani bertemu dengan tim ku. Akupun berniat untuk pulang ke kostan ku di dekat sekolah di wilayah Cianjur. Yah, pertandingan dilaksanakan di Jakarta. Akupun sudah lama tidak tinggal dengan orang tua, aku hidup mandiri di kostan.
Beberapa jam kemudian, aku sampai di kostan ku tinggal. Aku tinggal seorang diri, dan waktu itu kondisi kamarku masih sangat rapih dan harum. Aku sangat lelah, aku ingin istirahat, tapii aku tidak bisa tidur. Aku selalu kepikiran wajah temanku yang nanti akan menghinaku.
Aku kehilangan satu-satunya tempatku. Dari kecil aku sudah masuk ke SSB (Sekolah Sepak Bola) hanya sepak bola yang kupunya, dan aku telah mealkukan kesalahan sehingga aku kehilangan satu-satunya tempatku.
matahari mulai bersinar kembali. Hari baru pun telah dimulai. Cuacanya cerah, mentari seaakaaan-akan mengajak menari. Angin yang berhembus seakan mengajak bernyanyi. Namun, aku tidak bisa melakukan itu semua. Aku hanya berdiam di kamar, dan semalam aku benaar-beenar tidak bisa tidur nyenyak.
jam dinding mulai menunjukan angka 8. Hari ini aku bolos sekolah, dan aku merasa lapar. Aku berjalan ke dapur, tidak ada makanan, hanya ada mie instal.
keesokan harinya, sepeti kemarin aku hanya makan mie instan. Namun, rasanya entah kenapa sangat hambar. Aku mulai beranjak mandi, mengencangkan dasi, dan memakai almamater kebanggaan skolahku. Di hari ini, aku mulai memutuskan untuk pergi ke sekolah.
dengan perasaan cemas, kulangkahkan kaki menuju sekolahan. Waktu itu, saat di perjalanan, aku bertemu dengan 2 orang yang sedang berbicara. Salah satu nya bicara "kemarin kita hampir jadi juara nasional. Tapi semuanya hancur karna satu orang"
"iya, siapa tuh nama penghancirnya itu?" Sambung orang satu lagi.
"namanya Mahesa. Kudengar, dia sifatnya sombong dan angkuh, dia selalu nganggap remeh teman mau pun lawannya. Sehebat apapun dia, dengan sifat seperti itu, dia tidak pantas ada di sekolah kita" sambung oraang pertama.
"iya tuh, bahkan mungkin sekolah akan lebih baik jika dia tidak ada di sekolah kita" kata orang ke dua.
"bahkan, mungkin tidak akan ada orang yang peduli jika dia meninggaal di selokan" kata orang pertama.
percakan mereka berdua sangat menusuk hatiku. Tapi, aku tidak bisa membantah kata merekaa. Hatiku serasa hancur. Aku pub memutuskan untuk kembali ke kost an dan tidak sekolah.
aku rasa, aku tidak akan pernah di terima di sekolah lagi.Padahal aku ingin berubah, tapi mereka tidak menginginkanku di sekolah.
aku benar-benar bingung apa yang harus kulakukan. Aku hanya menonton tv dan malas-an sampai malam. Waktu malam tiba, aku memilih untuk keluar pergi jalan-jalan sambil menenangkan pikiran. Udaranya sangat dingin, suasana juga tidak begitu ramai. Waktu, tatapanku kosong. Aku lebih seperti ikan yang mati. Saat itu, ada seseorang yang menyapaku. Dia adalah Zidan. Lawan tim futsal waktu di final. Saat bertemu, dia bercerita banyak hal, namun tak adaa 1 pun hal yag ku ingat, dan semuanya tidak menarik. Sampai ia berkata "kenapa? Kau seperti memikirkan kata-kata para sampah itu?"
"hei, apa yang kau tau tentangku?" Jawabku dengan nada ngejek, dan tatapan sayi.
"oh sorry, aku memang tidak tau tentang kamu. tapi aku tau satu hal. Aku punya obat yaang bisa membuat mu berhenti memikirkan mereka. Kata-kata hinaan mereka selalu terdengar bukan?kau ingin membalas mereka, cobalah ini. Dengn 50.000 semua nya akaan beres " kata Zidan sambil memberikan obat nya.
Suara ayam mulai berkok dimana-mana. Nyatanya ini sudah pagi, aku tidak ingat apa yang kulakukan waktu malaam hari. Yang jelas, rasanya badanku benar-benar segar, dan terasa sangat sehat. Tanpa alasan yang jelas, aku merasa sangat ingin tertawa.
waktu mennjukan pukul 12. Ntah kenapa rasanya lebih parah dari kemarin, aku merasakan kekosongan yang luar biasa. Suara hinaan mereka terasa semakin jelas. Aku melihat meja di sebelah tempat tidur ku, dia sana ada 5 obat tersisa. Aku pun ingat, kalau aku mendapatkan obat itu dari Zidan. Saat itu, aku pun meminum 1 pil lagi, dan semua nya menjadi sempurna lagi. Suara mereka hilang, yang ada hanya pujiaan atas keberhasilanku. Tak lama kemudian, aku pun tertidur.
Aku terus melakukan hal itu sampai ke keesokan harinya. Namun, saat besok nua, tepatnya malam hari. Obat nya sudah habis. Dan saat itu, aku merasa kosong lagi. Aku berjalan ke dapur untuk merebus mie instan, namun nyatanya mie nya sudah habis. Aku pun memilih untuk dim di pojokan kasur sambil menggunakan earphone. Ku atur earphone nya sekeras mungkin, tapi tetap saja, suara hinaan mereka semakin keras. Waktu pun menunjukan pukul 22.00 aku merasa sangat lappar. Aku pun berniat untuk membeli mie di warung sebelah. Saat itu, earphone masik ku gunakan untuk menutupi suara hinaan mereka. Rasanya begiti kosong. Dan saat aku menyebrang untuk membeli mie di warrung sebrang jalan. Tibatiba truk hilang kendali menabrak ku yang sedang penuh lamunan. Aku pun meninggal, tanpa sempat berhasil menghilangkan penyesalanku.
0 komentar :
Post a Comment